![](https://static.wixstatic.com/media/51aa0a_af32c680d99f4851b9935dcfae2fc480~mv2_d_5333_2542_s_4_2.png/v1/fill/w_1920,h_915,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_avif,quality_auto/51aa0a_af32c680d99f4851b9935dcfae2fc480~mv2_d_5333_2542_s_4_2.png)
![](https://static.wixstatic.com/media/51aa0a_e008f75076d9430ea7cbf48cf974bc8f~mv2.jpg/v1/fill/w_1324,h_434,al_c,q_85,enc_avif,quality_auto/51aa0a_e008f75076d9430ea7cbf48cf974bc8f~mv2.jpg)
MUSEUM FATAHILLAH
Gedung Museum yang berdiri saat ini awalnya merupakan Balai Kota (Stadhuis) yang mulai dibangun pada era Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen, pada tahun 1620. Kondisi tanah Jakarta yang tidak stabil pada masa itu membuat gedung ini sempat anjlok berkali-kali, sehingga dilakukan beberapa kali usaha renovasi hingga akhirnya diresmikan pada tahun 1710 oleh Gubernur Jendral Abraham Van Riebeeck. Selain sebagai Balaikota, pada masa itu gedung ini juga berfungsi sebagai Pengadilan, Kantor Catatan Sipil, tempat warga Belanda beribadah di hari Minggu, dan Dewan Kotapraja (College van Scheppen).
​
Pada tahun 1942, Jepang berhasil mengusir Belanda dari Indonesia dan menguasai Indonesia. Pengalihan kekuasaan membuat gedung ini beralih kegunaannya menjadi kantor pengumpulan logistik milik Jepang yang bernama Dai Nippon. Pada tahun 1952, setelah Indonesia merdeka gedung ini dijadikan sebagai Markas Komando Militer Kota (KMK). Tahun 1968 gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta dan akhirnya dijadikan sebagai museum dengan nama Museum Fatahillah pada tahun 1974 oleh Gubernur DKI Jakarta pada masa itu, yaitu Ali Sadikin.
​
Ketika pengunjung memasuki Museum Fatahillah, pengunjung diwajibkan mengganti alas kaki mereka dengan sandal yang telah disediakan oleh pihak Museum Fatahillah. Pengunjung juga dipinjamkan tas untuk membawa alas kaki pengunjung selama berada didalam museum. Ternyata pihak museum menyediakan sandal untuk menjaga bangunan museum yang lantainya terbuat dari kayu. Museum Fatahillah memiliki banyak ruangan dengan pintu-pintu pembatas ruangan yang cukup besar. Di Museum Fatahillah pengunjung dapat menelusuri ruangan-ruangan masa Batavia dengan alur perjalanan yang diinginkan pengunjung karena ruangan-ruangan di Museum Fatahillah cukup banyak dan saling berhubungan satu sama lain.
​
Museum Fatahillah terdiri dari dua lantai dan satu ruang bawah tanah. Pada lantai satu, terdapat berbagai macam barang peninggalan VOC misalnya patung, keramik, kerajinan seperti prasasti, gerabah dan berbagai macam penemuan bebatuan. Di lantai satu juga terdapat banyak patung dan miniature yang mewakili situasi pada masa kolonial Belanda dulu. Salah satu patung yang menarik adalah patung yang menggambarkan situasi eksekusi hukuman gantung yang terjadi pada masa kolonial dulu. Selain itu, terdapat juga barang peninggalan kerajinan dari suku Betawi asli misalnya saja adalah dapur dengan ciri khas Suku Betawi saat tempo dulu.
​
Untuk menuju lantai dua museum, pengunjung menaiki tangga kayu bernuansa klasik. Tangga ini sudah cukup tua sehingga mengeluarkan suara saat pengunjung menaikinya. Pada lantai dua museum terdapat benda bersejarah seperti perabotan peninggalan para bangsa Belanda, misalnya tempat tidur, lukisan dan arsitektur Belanda yang berupa jendela besar menghadap ke bagian alun-alun. Ternyata jendela besar ini berguna untuk melihat eksekusi mati para tahanan Belanda yang dilakukan di tengah-tengah alun-alun.
​
Selain peninggalan yang berada didalam bangunan, Museum Fatahillah juga memiliki peninggalan diluar bangunan, yaitu ruang bawah tanah. Ruang bawah tanah ini terletak di taman belakang museum. Untuk menuju ke taman belakang museum, pengunjung akan melewati sebuah ruangan yang terpajang sebuah ukiran berisikan sejarah bangunan museum dengan menggunakan Bahasa Belanda. Ruang bawah yang terletak di taman belakang museum ini dulunya berfungsi sebagai penjara untuk para tahanan pada masa kolonial Belanda. Ternyata kondisi di ruang bawah tanah gelap dan sangat pengap karena tidak terkena cahaya matahari ataupun ventilasi udara yang baik. Selain itu suasana cukup angker karena di ruang inilah para tahan disiksa oleh Belanda pada masa kolonial Belanda dulu.
Harga tiket masuk :
Dewasa Rp 5.000
Anak - Anak Rp 2.000
Jam buka :
Selasa – Minggu pukul 09.00 – 15.00
​
Alamat :
Jalan Taman Fatahillah No.1, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11110
![Museum Fatahillah](https://static.wixstatic.com/media/51aa0a_aa533c7198364221a03f602822ef8122~mv2.png/v1/fill/w_980,h_535,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_avif,quality_auto/51aa0a_aa533c7198364221a03f602822ef8122~mv2.png)
Patung eksekusi gantung pada masa Batavia. (Sumber : Data Pribadi)
![Museum Fatahillah](https://static.wixstatic.com/media/51aa0a_7860246f890645a58a146dff49527342~mv2.png/v1/fill/w_980,h_535,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_avif,quality_auto/51aa0a_7860246f890645a58a146dff49527342~mv2.png)
Ruangan Makan Belanda. (Sumber : Data Pribadi)
![Museum Fatahillah](https://static.wixstatic.com/media/51aa0a_3acb1436f0b64c68b6e907dd5437ebb2~mv2.jpg/v1/fill/w_980,h_735,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_avif,quality_auto/51aa0a_3acb1436f0b64c68b6e907dd5437ebb2~mv2.jpg)
Penjara Bawah Tanah. (Sumber : Data Pribadi)
![Museum Fatahillah](https://static.wixstatic.com/media/51aa0a_061a4c2fbc5142508b34bfbf2ab5eb6d~mv2.jpg/v1/fill/w_980,h_735,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_avif,quality_auto/51aa0a_061a4c2fbc5142508b34bfbf2ab5eb6d~mv2.jpg)
Penjara Bawah tanah Pria. (Sumber : Data Pribadi)
![](https://static.wixstatic.com/media/51aa0a_dd1db0dc616240b2bdaf8d016e023d5a~mv2.png/v1/fill/w_1347,h_221,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_avif,quality_auto/51aa0a_dd1db0dc616240b2bdaf8d016e023d5a~mv2.png)
Copyright 2016
![](https://static.wixstatic.com/media/51aa0a_4489315941f44da980663ce7026c385d~mv2.png/v1/fill/w_18,h_16,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_avif,quality_auto/51aa0a_4489315941f44da980663ce7026c385d~mv2.png)